Surabaya, cakrawalanews.co – Pimpinan dan sejumlah anggota DPRD Surabaya beberapa waktu lalu melakukan kunjungan kerja ke Jerman belajar mengenal bagaimana pelayanan publik.
“Ada banyak hal di Frankfurt yang bisa diterapkan di Surabaya menyangkut pelayanan publik,” kata Ketua DPRD Surabaya Ir H Armuji. “Standar pelayanan publik seperti sistem pendidikan dan kesehatan di Kota Frankfurt, Jerman perlu diterapkan di Kota Pahlawan,” sambungnya.
Menurut Armuji ada beberapa sektor yang bisa diterapkan di Surabaya, di antaranya sistem pendidikan, kesehatan gratis, termasuk pembinaan olahraga sejak dini. Para pelajar di kota Frankurt sudah menguasai bahasa Jerman dan lolos tes, bisa mendapat beasiswa sampai lulus. Beasiswa itu tak hanya berlaku bagi warga Jerman, tapi juga bagi pendatang.
Sistem pendidikan di Jerman, kata Armuji, memang sudah bagus karena seluruh lembaga pendidikan menjamin mereka untuk bisa lulus. Namun sebelumnya, mereka berhak memilih sesuai minat dan bakatnya. Dimana bisa diketahui sejak dini atau sejak dari bangku sekolah dasar (SD).
“Mereka akan dilihat bakat dan potensinya. Kalau suka teknik, mulai sekolah dasar sampai kuliah akan terus mendalami teknik. Ini fokus dan terarah,” ujar Armuji.
Yang membuat Surabaya harus berupaya meniru Jerman adalah pendidikan di negara tersebut tidak ada pungutan biaya apapun. Sistem pendidikan yang digunakan di sana hampir semuanya menerapkan “full day school”. “Sebenarnya Surabaya sudah memulai ketika otonomi daerah dahulu, pendidikan juga sudah gratis untuk SMA/SMK. Tapi sekarang jenjang SMA tidak lagi gratis,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Kota Frankfurt juga menerapkan sistem perawatan benda cagar budaya untuk destinasi wisata. “Banyak benda cagar budaya yang ditata dan dilestarikan dengan baik. Kami sangat terkesan,” ujar Armuji yang sudah menjadi anggota DPRD Surabaya sejak masa reformasi.
Selain itu, Armuji mendapatkan kesan, pemerintah kota setempat sangat memperhatikan kesejahteraan warganya. Di negara Eropa tersebut, pengangguran dibayar oleh negara sebesar 750 euro/bulan. Jika kurs 1 euro sekitar Rp15.000, maka seorang pengangguran mendapatkan tunjangan hidup sekitar Rp 11.250.000/bulan. “Memang ini sulit bagi Surabaya. Namun bisa dijadikan rujukan menyangkut sistemnya,” pungkasnya.(cn1)