Surabaya, cakrawalapost.com – Tidak hanya mendeteksi dan memantau perilaku anak, Wali Kota Perempuan pertama di Surabaya ini juga meminta kepada para guru dan kepala sekolah untuk menghimbau anak-anak agar tidak membully temannya yang terkena bom atau masuk dalam lingkaran teroris.
“Para guru diminta untuk mengingatkan kepada siswa lain untuk tidak mengolok-olok karena saya tidak ingin anak-anak trauma sampai kondisinya benar-benar stabil,” pesannya.
Antisipasi agar anak-anak tidak trauma, Wali Kota Risma menyediakan wadah trauma center bagi korban bom maupun yang berada di lingkaran teroris, khususnya anak-anak.
Saat ini, dirinya telah berkoordinasi bersama dengan jemaat gereja, OPD terkait dan profesi himpunan psikologi klinis dan sekolah.
“Metode pendampingan satu anak akan didampingi satu psikolog baik ketika di rumah sakit, di rumah maupun di sekolah,” jelasnya.
Lebih jauh, para guru diminta memperhatikan dan melaporkan anak yang secara tiba-tiba tidak sekolah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Wali Kota Risma akan membuat software sederhana untuk memasukkan nama anak-anak yang tidak sekolah agar terdata dengan baik.
“Segera saya koordinasikan dengan Pak Ikhsan (Kadinas Pendidikan Kota Surabaya),” imbuhnya.
Terobosan untuk membuat software guna menampung anak-anak yang tidak sekolah direspon positif Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan.
Menurutnya, sesuai arahan wali kota, hal ini akan didalami jika terdapat anak yang dalam kurun waktu 1 hari tidak masuk sekolah. Adapula, program yang mampu mendeteksi suasana hati anak ketika datang ke sekolah.
“Apakah anak tersebut sedih atau senang. Nanti ada alat pendeteksi semacam itu dibantu guru BK dan wali kelas,” ujar Ikhsan.(nafan hadi)