Surabaya, cakrawalanews.co – Kota Surabaya berhasil mengentaskan balita stunting secara signifikan, hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Prestasi tersebut menjadi kerja gotong royong antara Pemerintah Kota (Pemkot), DPRD dan masyarakat.
Meskipun mampu menurunkan angka stunting namun Pemkot menargetkan angka stunting di Surabaya diangka nol atau Zero stunting
Untuk mendukung upaya tersebut Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Anas Karno, memberikan bantuan kepada para kader Posyandu berupa alat pengukur badan dikawasan Panjang jiwo Surabaya.
“Kita memiliki tanggung jawab untuk berperan dalam menurunkan angka stunting di Kota Surabaya. Dimana masalah stunting ini menyangkut keberadaan generasi yang akan datang,” ucap Anas Karno dalam Reses tahun sidang keempat masa persidangan kedua fahun anggaran 2023 dikawasan panjang jiwo Surabaya, Rabu (25/01/2023).
Dalam mendukung upaya tersebut Anas yang merupakan legislatif dari fraksi PDIP ini memberikan bantuan 2 unit timbangan digital yang akan digunakan oleh para kader dilapangan untuk mencatat perkembangan anak.
Ditempat yang sama, Ketua paguyuban Posyandu RW 01 RT 06 Kelurahan Panjangjiwo Ani, mengatakan bahwa dengan bantuan ini pihaknya nantinya akan bisa mencatat perkembangan anak secara tepat.
“Selama ini kita pakai sarung dan dengan bantuan ini sangat bermanfaat sekali dimana jumlah bayi diwilayahnya sangat banyak,”ujarnya.
Seperti diketahui pada tahun 2020, tercatat ada 12.788 balita stunting di Kota Pahlawan, di akhir 2022 menurun drastis menjadi 923.
Menurut data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, prevalensi angka stunting di Kota Pahlawan menurun secara signifikan.
Pada tahun 2021, prevalensinya mencapai 28,9 persen ( 6.722 balita), di 2022 signifikan menurun hingga ke angka 4,8 persen (923 balita).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, menurunnya prevalensi angka stunting itu, tak lepas dari kerja keras antar Perangkat Daerah (PD) di lingkup pemkot.
“Bukan hanya kerja keras PD, kecamatan dan kelurahan saja, tetapi juga melibatkan semua unsur. Mulai DPRD, akademisi, perguruan tinggi hingga para Kader Surabaya Hebat (KSH) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),” pungkas Nanik.