Surabaya, Cakrawalanews.co – Kabar adanya pengadaan mobil dinas senilai Rp 4 miliar diklarifikasi Dinas Kehutanan (Dishut) Jatim. Karena ada perbedaan data perencanaan dan data yang final yang sudah disetujui dalam proses pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2020.
Sekretaris Dinas Kehutanan, R Setiadi mengatakan perlu meluruskan pemberitaan perihal pengadaan mobdin yang sudah meluas. Bahwa tidak benar Dinas Kehutanan akan belanja mobil dinas sebesar Rp 4 Miliar untuk 1 unit kendaraan roda 4 untuk eselon II dan 13 unit untuk eselon III. Munculnya data tersebut berasal data perencanaan sebelum dibahas dan dilakukan perubahan oleh tim anggaran pemprov maupun DPRD Jatim. “Dinas Kehutanan Jawa Timur dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) tahun 2020 menganggarkan kendaraan dinas 7 unit saja, bukan 14 unit,” jelas Setiadi, Senin (10/2/2020).
Selain itu, untuk jumlah anggaran juga tidak sebesar Rp 4.090.000.000. Namun sesuai yang tercantum di DPA hanya Rp 1.945.000. Dengan rincian pengunaan untuk 1 unit mobil eselon II dan 6 unit untuk eselon III. “Rencana pengadaan kendaraan dinas tersebut masuk dalam dua kegiatan, jadi tidak sekaligus,” paparnya.
Dua tahap pengadaan itu karena tidak di anggarkan di pos sekretariatan saja. Tapi di pos ketata usahaan dan kepegawaian sejumlah 6 unit Rp1.685.000.000. Dan kegiatan pelaksanaan Administrasi di UPT Tahura Raden Soerja sejumlah 1 unit Rp 260.000.000.
Setiadi kembali menegaskan jika rencana pengadaan kendaraan dinas roda empat ini karena berdasarkan kebutuhan. Akibat dari kondisi yang memang kurang layak. Karena mobil dinas yang ada saat ini pembuatan tahun 1997 sampai 2009. “Seringkali mobil yang kami pakai mogok ditengah jalan, jadi satu satunya jalan adalah mengganti dengan mobil dinas yang lebih layak untuk mendukung kinerja Dinas Kehutahan,” pungkas Setiadi.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Jatim Agung Mulyono mengingatkan Dinas Kehutanan Jatim agar lebih efisien dalam menggunakan anggaran.
“Pembelian mobil Dinas untuk mengganti yang rusak memang perlu, tapi jangan langsung dalam jumlah banyak,” saran Agung Mulyono. (Caa)