Perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terhadap warganya memang tidak setengah-setengah, terutama di tengah wabah Covid-19 ini. Makanya, tak heran jika pemkot sampai menyediakan dua hotel gratis untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) yang harus menjalani isolasi diri.
Dua hotel berkapasitas 400 kamar itu sudah mulai menampung OTG yang pernah berhubungan dengan konfirmasi positif Covid-19. Selama menjalani isolasi diri 14 hari, semua kebutuhannya dipenuhi oleh Pemkot Surabaya, termasuk makan tiga kali sehari, ditambah minuman pokak serta telur rebus. Bahkan, mereka akan dilakukan rapid test dan tes swab. “Semua biayanya ditanggung Pemkot Surabaya, jadi warga tinggal di hotel itu gratis,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut Wali Kota Risma, penyediaan hotel untuk para OTG itu tujuannya jelas, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Apalagi para OTG itu biasanya enggan atau malu untuk pergi ke rumah sakit, sehingga Pemkot Surabaya memfasilitasinya dengan kamar hotel.
Namun, apabila ada OTG yang tidak mau diisolasi di kamar hotel, pemkot mempersilahkan mereka untuk isolasi mandiri di rumahnya atau pun di apartementnya. Tapi, para OTG itu akan tetap dilakukan pemantauan dan pengawasan oleh Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 di Kota Surabaya.
“Ada yang tidak mau isolasi di hotel, dia maunya dirawat di rumahnya. Tidak apa-apa, tapi akan terus kami pantau karena kan ada nomor handphonenya juga. Jadi kadang-kadang saya sendiri yang menelepon mereka,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Eddy Christijanto memastikan dua hotel itu memang diperuntukkan bagi OTG yang hasil rapid testnya negative. Selain itu, dikhususkan juga bagi penduduk migran atau orang yang baru pulang dari luar negeri yang dijemput oleh pemkot ke Bandara Internasional Juanda dan setelah dirapid test hasilnya negative, sehingga dia tetap harus isolasi diri di hotel.
“Kemarinnya itu ada dari Malaysia 7 orang, dari Hongkong ada 4 orang, dari Bangkok yang merupakan mahasiswa ITS sebanyak 7 orang. Di samping itu, para OTG yang rapid testnya negative. Jadi, total sekarang sudah ada sekitar 39 orang yang isolasi diri di hotel, jumlah itu dinamis sesuai dengan masa isolasi mereka,” tegasnya.
Selain dilakukan rapid test, mereka juga dites swab. Jika swabnya negative, maka mereka akan melanjutkan isolasinya di hotel selama 14 hari. Namun, jika hasil swabnya positif, maka mereka akan langsung dibawa ke rumah sakit untuk dirawat lebih lanjut. “Mereka akan dirawat hingga sembuh, hingga tes swabnya menyatakan negative,” katanya.
Eddy berharap, dengan isolasi di hotel itu dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesabaran warga untuk melakukan isolasi mandiri. Alhasil, dengan cara itu penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya bisa ditekan atau diminimalisir. “Makanya, kami juga terus mengawasi mereka dengan menempatkan personil Linmas dan polisi dari Polrestabes Surabaya di Lobby hotel. Mereka akan berjaga selama 24 jam nonstop, tentu dengan sistem shif,” imbuhnya. (ADV)