Slawi, Cakrawalanews.co – Bulan Februari 2020 adalah ulang tahun kedua beroperasinya Pasar Slumpring Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Perjalanan dua tahun pasar wisata kuliner tradisional di hutan bambu lereng Gunung Slamet ini tentu sarat dengan dinamika, jatuh bangun, pasang surut, naik turun, konflik, bongkar pasang dan lain – lain.
Menurut Bachtiar Djanjan dengan metode transaksi menggunakan koin bambu seharga Rp 2.500, dengan bagi hasil dua ribu rupiah untuk pedagang dan lima ratus rupiah untuk Pokdarwis sebagai pengelola wisata, kini rata-rata omzet penjualan koin bambu berkisar di angka puluhan juta rupiah pada setiap kali kegiatan Pasar Slumpring, yang hanya buka setiap hari Minggu, dari jam 7 pagi sampai dhuhur, ungkap team dari Hidora.
Pasar Slumpring menurutnya, masih berkibar dan makin eksis sampai detik ini. Berbagai inovasi telah dilakukan oleh Tim Pokdarwis yang kini dikomandani langsung oleh Abdul Khayyi mantan kepala desa yang memilih untuk pensiun sebagai Kepala Desa, agar bisa berkarya lebih totalitas dalam program pengembangan wisata Desa Cempaka, dengan tujuan utama untuk melestarikan hutan bambu dan mata air yang mengairi ratusan hektar sawah warga, ujarnya.
Dikatakan inovasi terbaru Pasar Slumpring di tahun 2020 ini adalah penerapan pembayaran non tunai digital menggunakan metode QR Code Indonesia Standar (QRIS) untuk pembelian tiket masuk, penukaran koin bambu, dan bayar toilet umum. Kini Pasar Slumpring Desa Cempaka menjadi destinasi wisata pertama di wilayah eks Karesidenan Pekalongan yang menerapkan QRIS. Dengan aneka aplikasi pembayaran berbasis ponsel, seperti Link Aja, Go Pay, OVO, DANA, dan lain – lain
“Selamat ulang tahun yang kedua untuk Pasar Slumpring. Sukses, makin inovatif, kreatif, dan terus membangun atmosfer positif agar semuanya barokah. Silahkan diintip di link berikut, beberapa titipan video apresiasi dan ucapan selamat kiriman dari Mbak Trie Utami, Mas Harry Toledo, sahabat-sahabat Hidora dan buat sedulur – sedulur Desa Cempaka yang tercinta” pungkas Bachtiar Djanan. Dari lembaga Hidora (Hiduplah Indonesia Raya) yang berperan melahirkan wisata desa Pasar Slumpring, Pasar Sawah, Sawah Batu, Bukit Rangkok dan sejumlah desa wisata di Kabupaten Tegal lainnya. (Dasuki)