Surabaya, Cakrawalanews.co – Kesehatan itu tak ternilai harganya memang ada benarnya. Sebab ketika seseorang sakit harta benda bisa ludes untuk biaya pengobatan sehingga keluarga menjadi jatuh miskin. Nasib ini dialami Anik Ismawai (37 tahun) warga yang tinggal di kontrakan kecil di kawasan Sidotopo Wetan Gang IV RT 8/RW1 Kecamatan Kenjeran Surabaya.
Kondisi janda beranak 4 yang masih kecil-kecil itu mengidap penyakit kanker payudara stadium 4 menjadi viral di media sosial karena membikin terenyuh masyarakat sebab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka hanya bergantung pada uluran tangan warga sekitar.
Fakta itulah yang membuat hati Hadi Dediansyah anggota DPRD Jatim dari Dapil Surabaya tergerak untuk melihat langsung kondisi warga masyarakat yang diwakilinya didampingi dengan istri tercinta pada Rabu (29/1).
Untuk bisa menemukan kontrakan Ibu Anik, politisi asal Partai Gerindra itu harus berjalan menyusuri lorong sempit dan berkelok-kelok baru menjumpai rumah berukuran 3×5 meter. Begitu dipersilahkan masuk, Hadi bersama istrinya tak bisa menahan air mata begitu melihat pemandangan seorang ibu yang tengah terbaring dikerumuni dua anak yang masih kecil.
“Ibu sakit apa? Anaknya sudah pada makan apa belum?,” begitu tanya istri Hadi Dediansyah kepada Anik saat mengawali pembicaraan sembari memberikan bantuan makanan dan uang untuk lauk pauk.
“Sudah ibu, sudah tadi pagi sudah makan, kok,” jawab Anik sembari berusaha mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Jadi Dediansyah bersama istrinya.
Wakil ketua Komisi A DPRD Jatim ini berharap Pemkot Surabaya bisa lebih memperhatikan warganya yang tengah mengalami kesusahan. Pasalnya, masih ditemui warga Surabaya yang hidupnya bergantung dari belas kasihan warga sekitar karena tak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
“Ini menunjukkan bahwa potret Surabaya yang sebenarnya. Fakta lapangan ya seperti ini. Jadi, bilamana ada pemerintah yang mengatakan Surabaya sudah sejahtera, tapi faktanya ini masih banyak yang perlu diperhatikan. Terutama masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan perhatian khusus dari pemerintah,” ungkap Hadi Dediansyah.
Pemerintah Kota Surabaya diminta jangan hanya fokus mempercantik bangunan fisik seperti taman. Namun juga memperhatikan warganya yang membutuhkan uluran tangan pemerintah. “Rakyat yang masih dibawah garis kemiskinan di Surabaya masih banyak, jangan fokus pada program-program yang sifatnya euforia saja,” harap Hadi.
Ia juga mengkritik tidak fungsinya koordinasi pemerintahan di tingkat bawah yakni RT/RW, kelurahah, kecamatan hingga ke Pemkot Surabaya. “Harusnya kasus seperti ini dilaporkan secara berjenjang dari RT, RW, kelurahan hingga ke Pemkot Surabaya. Jangan setelah viral di medsos, pemerintah baru bertindak,” terang pria asli Surabaya ini.
Hadi berharap pihak sekolah juga ikut meringankan biaya pendidikan bagi anak-anak ibu Anik yang masih bersekolah. Bahkan kalau bisa digratiskan karena mereka tergolong keluarga tidak mampu. “Meskipun hidup dalam keterbatasan tapi mereka masih sekolah, ini harus didorong jangan sampai anak ibu Anik drop out hanya karena tidak bisa membayar biaya sekolah,” imbuhnya.
Sementara itu, Galuh Ramadhan, anak pertama Anik menuturkan bahwa ibunya sudah 3 tahun terkakhir hanya bisa berbaring di kamar karena sakit kanker payudara yang diderita. Sehingga dia menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah karena adik-adiknya masih kecil.
“Saya bekerja di rumah makan pulangnya malam. Kalau kerja adik-adik saya titipkan ke tetangga karena adik saya yang nomor dua Dika masih sekolah SMP jadi sepulang sekolah baru momong kedua adiknya yang masih kecil-kecil,” tutur Ramadhan.
Ia mengaku kerap menahan lapar karena tidak bisa membeli makanan buat keluarga sehingga banyak bergantung pada pemberian tetangga. “Kalau ada yang ngasih ya maan, tapi kalau tidak ada yang ngasih ya tidak makan,” jelasnya sembari menahan perasaan sedih.
“Saya hanya bisa pasrah saja, saya tetap bekerja demi kesembuhan ibu saya, meskipun tidak cukup,” pungkas Ramadhan. (Caa)