Mojokerto, cakrawalanews.co – Satu dari tiga anak di Indonesia 33% berisiko terkena stunting. Di Kabupaten Mojokerto, 3,6% persen balita terkena Sindrom Stunting.
Hal itu terungkap dalam Seminar Nasional Kebidanan “Peran Bidan Mencegah Stunting Dengan Mengoptimalkan 1000 HPK” dengan tema, Bidan Melindungi Hak Kesehatan Reproduksi Melalui Pemberdayaan Perempuan Dan Optimalisasi Pelayanan Kebidanan. Seminar ini digelar dalam rangka Puncak Hari Ulang Tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Mojokerto, Sabtu (14/9/19) kemarin.
“Penyebab langsung stunting ada dua. Gizi kurang tepat dan infeksi sakit yang berulang-ulang. Ciri-ciri penderita Stunting adalah pendek anaknya, IQ-nya lebih rendah karena pertumbuhan otaknya tidak baik dan daya tubuh kurang. Jadi Stunting adalah kumpulan gejala. Anak Stunting belum tentu kurus, bisa juga gemuk,” dr Utami Roesli, Ketua Dewan Pembina Sentra Laktasi Indonesia (Selasi), yang menyampaikan materi tentang penyebab Stunting beserta ciri ciri anak penderita stunting.
Kendati belum ditemukan obat untuk menyembuhkan stunting, lanjut dr Utami, sindrome tersebut bisa dicegah dan dihindari dengan memberikan bayi gizi yang cukup.
“Dengan menyusui bayi secara eksklusif pada 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran). Usai melahirkan, bayi ditaruh di dada dan dipeluk oleh ibu minimal satu jam. Karena berdasarkan suatu penelitian, dada dan pelukan ibu bisa menghangatkan bayi. Selama ditaruh di dada, bayi akan mencari puting susu dengan sendirinya,” ungkapnya.
Menurut Utami, bayi yang diberi dengan menyusui eksklusif mengalami pertumbuhan yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan bayi yang diberi dengan susu botol.
“Karena melalui ASI, bukan hanya daya tahan tubuh dan gizi saja yang diterima oleh bayi. Tapi kedekatan antara seorang ibu dan bayi juga menjadi bertambah sehingga bayi tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya,” ujarnya.
Utami menambahkan, selain diberikan menyusui eksklusif, bayi juga diberi dengan makanan yang bergizi. Menurutnya, makanan yang bergizi bukan sebuah makanan yang mahal.
Kegiatan seminar tersebut diikuti 826 bidan se-Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (DP2KBP2) Kabupaten Mojokerto Joedha Hadi, Kepala Dinas Koperasi Yoko Priyono, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Mojokerto Yayuk Pungkasiadi, dan belasan purna bidan Kabupaten Mojokerto. (mas)