Surabaya,cakrawalanews.co- Tanaman terbukti memiliki sistem komunikasi khusus untuk mengetahui kondisi atau keadaan lingkungan yang dapat menguntungkan atau sebaliknya menimbulkan stres dan mengancam kehidupan mereka.
Hal tersebut diungkapkan Johan Sukweenadhi, Ph.D, Dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya, pada pidato ilmiah berjudul “Sistem Komunikasi Tanaman: Tantangan Memahami Tanaman dan Kebutuhannya” pada Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis Universitas Surabaya (Ubaya) ke-51, di Ruang Serbaguna Gedung Perpustakaan Ubaya, Senin(11/3).
Ia mengungkapkan, green biotechnology digunakan sebagai sarana untuk menguak sistem komunikasi tanaman. Walau terdengar asing dan termasuk bidang baru untuk dipelajari, namun ilmu ini bermanfaat bagi petani di Indonesia dalam merekayasa produk pertanian agar mudah mengendalikan pertumbuhan tanaman, mengarahkan produksi tanaman, memunculkan sifat unggul tanaman, serta membuat tanaman mampu menghadapi serangan abiotik (stres garam, kekeringan, banjir, logam berat) maupun biotik (serangga, herbivora, bakteri, jamur).
“Sistem komunikasi tanaman menjadi wawasan dan terobosan baru dengan memanfaatkan bioteknologi, agar sumber alam hayati Indonesia terutama tanaman bisa digunakan semaksimal mungkin, baik di bidang komoditi tanamanpangan, tanaman hias, atau tanaman obat. Komunikasi terjadi antara sesama tanaman atau dengan organisme lain seperti mikroba, serangga, herbivora, atau burung,”ujarnya.
Johan memaparkan jika komunikasi terjadi tidak secara lisan, namun melalui respon senyawa kimia. Sebagai contoh ketika serangga mengunyah daun, tanaman akan merespon dengan melepaskan senyawa volatil organik atau Volatile Organic Compounds (VOCs). Tanaman lain dapat mendeteksi sinyal yang terbawa udara dan meningkatkan produksi senyawa kimia sebagai mekanisme pertahanan dan ini adalah respon tanaman untuk bertahan hidup.
Jalur komunikasi antara tanaman dengan bakteri yang satu dengan yang lain memiliki jalur komunikasi berbeda. Tanaman dengan bakteri A memiliki jalur komunikasi yang cocok, menunjukkan bahwa adanya hubungan saling menguntungkan. Sedangkan tanaman dengan bakteri B memiliki jalur komunikasi yang tidak cocok menimbulkan kerugian. “Dengan mengetahui jalur komunikasi tanaman, kita terbantu untuk memahami apa yang dibutuhkan tanaman, bakteri apa yang merugikan dan menguntungkan. Sehingga tanaman bisa tumbuh lebih cepat, berbuah lebih banyak, dan tahan terhadap stres,” kata Johan. (wan/jnr/mad)