Surabaya, cakrawalanews.co – Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharani mengungkap sejumlah kiat menjadikan Surabaya sebagai kota yang toleran. Setara Institute sebelumnya merilis indeks kota toleran (IKT) dari 94 kota. Surabaya masuk dalam sepuluh besar dengan toleransi tinggi.
Risma mengatakan, menjadikan Surabaya sebagai kota toleran salah satunya membangun banyak taman yang tersebar di berbagai wilayah di Surabaya.
“Taman adalah medium bertemunya semua masyarakat Surabaya, dengan latar belakang, karakter, kepercayaan, dan status sosial apapun,” kata Risma, seperti dikutip dari CNN, Kamis (13/12/18).
Risma menyebut taman-taman di Surabaya dibangun dengan kondisi yang bagus dan indah. Dengan begitu, orang kaya tidak malu untuk datang atau sekadar bermain di taman.
“Taman itu bersih dan indah, yang kaya pun mau datang. Dia enggak malu untuk datang ke taman,” katanya.
Sebaliknya, warga dengan penghasilan dan perekonomian kelas bawah, juga dapat menikmati keindahan taman yang dibangun oleh pemerintah, tanpa harus mengeluarkan biaya.
“Dan yang miskin tidak perlu keluarkan uang karena kita bangun taman yang berbeda beda. Tapi yang kaya tidak malu datang karena tamannya bagus,” kata dia.
Dengan begitu, kata Risma, semua warga dari berbagai latar belakang, etnis, agama, dapat berkumpul jadi satu dan bisa hidup berdampingan.
“Mulai balita, remaja, orang tua, semua bertemu. Mulai hitam, putih, sampai kaya dan miskin itu datang. Salah satu tujuanku bangun taman bagus tujuannya untuk toleransi,” kata Risma.
Sejumlah taman yang dibangun di Kota Surabaya, kata Risma, juga sudah dilengkapi dengan fasilitas jaringan wifi yang bisa diakses secara gratis. Tujuannya, agar anak-anak dan remaja di Surabaya bisa nyaman berkunjung di taman.
Risma kini juga terus bermimpi, agar ia bisa membangun banyak taman di Surabaya, bahkan hingga menyentuh wilayah pinggiran kota. Risma mengaku di wilayah Gunung Anyar, kini Pemkot Surabaya sudah menyiapkan lahan seluas 4 hektare untuk pembangunan taman.
“Di Surabaya Utara kita juga lagi siapkan,” katanya.
Meski berada di peringkat kesepuluh, raihan Surabaya ini ternyata masih lebih baik ketimbang DKI Jakarta yang oleh Setara Institute dinilai sebagai kota intoleran urutan 92 diantara 94 kota lain.
Sebelumnya, Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan sulit membuat Jakarta menjadi kota yang toleran. Hambatan juga cukup banyak dialami di Jakarta.
Selain Kota Surabaya, berikut 10 kota toleran versi Setara Institute:
1. Singkawang (skor: 6,513)
2. Salatiga (skor: 6,477)
3. Pematang Siantar (skor: 6,280)
4. Manado (skor: 6,030)
5. Ambon (skor: 5,960)
6. Bekasi (skor: 5,890)
7. Kupang (skor: 5,857)
8. Tomohon (skor: 5,833)
9. Binjai (skor: 5,830)
10. Surabaya (skor: 5,823)
(CNN)