Surabaya, cakrawalanews.co – Fase bonus demografi tengah menghampiri Indonesia, dimana untuk jumlah usia produktif antara15 hingga 64 tahun menjadi lebih besar dari penduduk usia non produktif.
Tingginya pertumbuhan penduduk rupanya tidak dibarengi dengan tingginya lapangan pekerjaan. Masalah rendahnya lapangan pekerjaan terjadi lantaran adanya beberapa faktor, mulai dari rendahnya daya serap pekerja karena masalah modernisasi industri, tingginya daya saing dan regulasi pemerintah.
Seperti halnya kota Surabaya, kota yang seolah menjadi magnet bagi para kaum pekerja untuk mengadu nasib ini menjadikan kota ini sangat “ sesak “ karena daya saing yang tinggi. Sektor-sektor pekerjaan menjadi sangat riuh dan sangat selektif dalam membuka kran lapangan pekerjaan.
“ Saat ini kebutuhan pegawai akan turun, baik itu sektor industri atau lainnya. Saat ini dimana-mana industri banyak yang menggunkan robot. Artinya daya tampung pegawai jadi sedikit. Dipemerintah kota saja sudah hampir lima tahun ini tidak melakukan penerimaan pegawai negeri. Bayangkan lima tahun ini turun 10 ribu pegawai karena pensiun “ ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beberapa waktu lalu diruang kerja wali kota.
Ia juga mengakui bahwa penyediaan lapangan pekerjaan tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah pasalnya, investor juga belum tentu akan mudah untuk diajak dan juga investor belum tentu cocok dengan pendidikan yang telah dimiliki.
“ Tidak mudah bagi saya untuk menyiapkan pekerjaan, karena investor belum tentu akan mudah dan mach dengan pendidikan mereka “ tutur Risma seusai membuka kegiatan Start up Nations Summit (SNS) di Grand City Surabaya (16/11) lalu.
Risma juga menyebut dirinya harus bisa membangunkan para pemuda agar bisa bangkit dan berani untuk berdiri bersaing dalam bidang ekonomi.
Surabaya saat ini lebih dari 40 persen penduduknya adalah usia muda, karena itu kemudian lanjut Risma, kenapa dirinya begitu ngotot agar Surabaya bisa menjadi tuan rumah even Start up. Kita harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri , agar anak-anak Surabaya, Jawa Timur atau mungkin Indonesia Timur bisa tergerak.
Saya ingin memberikan syok bagi anak muda yang berniat mencari kerja karena saat ini main setnya adalah mencari pekerjaan. Saya ingin memulai sesuatu untuk merubah paradigma
Bahwa yang memiliki income tetap dan aman bisa berubah. Kita tidak perlu menunggu dan kita harus menciptakan.
“ Ada peluang bisnis dan itu mungkin. Meskipun itu sulit. Saya harus lakukan “ ujar Risma.
Masih menurut Risma pihaknya mengajak Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF)dan Global Entrepreneurship Network GEN serta Chairul Tanjung untuk membuat Innocreativation dan Start up Nations Summit 2018 agar para anak muda mau tergerak untuk memulai dan merintis usaha untuk bisa bersaing dan menjadi pelaku usaha dan start up baru.
“ Saya mencoba membangunkan anak muda, bahwa diluar sana banyak start up – start up yang berdiri dan di itu di inisiasi para pemuda dan banyak berhasil. Kita harus menciptakan pekerjaan sendiri “ imbuhnya.
Jaminan Kemudahan Regulasi
Semangat start up tidak boleh dihentikan dan harus dipupuk terus untuk bisa bersaing. Untuk mendudukung pelaku-pelaku usaha strat up berkembang pemerintah memberikan jaminan kemudahan dalam hal perijinan dan regulasi lainnya.
“ Kita berikan fasilitasi mereka untuk menjual produk mereka, kita berikan kemudahan izin hak cipta dan merek gratis, kita berikan pelatihan ” beber Risma.
Hal yang sama juga disampaikan kepala Badan ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF),Triawan Munaf, bahwa pemerintah sangat mendukung penuh kepada start up untuk mengembangkan diri melalui dikungan melakukan penyesuaian terhadap apa yang dilakukan oleh start up.
“ Kita merasakan betapa susahnya kalau usaha tidak didukung. Start up harus diberikan keluesan oleh pemerintah agar regulasi dan undang-undang bisa cepat menyesuaikan dengan apa yang mereka lakukan. “ pungkasnya.(nafan hadi/cn02)