Banyuwangi,cakrawalapost.com– Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH), Tim Prodi Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi, berhasil menyusun penelitian berjudul “Studi Perubahan Cara Pandang Antargenerasi Masyarakat Olehsari dalam Melihat Tradisi Seblang Sebagai Upaya Pencegahan Kerawanan Pangan: Studi Awal Untuk Merancang Intervensi”.
Proposal tim yang diketuai Meirina Hapsah dengan anggota Siti Mufaidah dan Inriza Yuliandari ini berhasil lolos dan memperoleh pendanaan Kemenristekdikti dalam program PKM 2018.
“Seblang konon disingkat dari kata pating dan geblug yang berarti ‘banyak jatuh’. Tradisi ini merupakan bentuk upaya tradisional yang dilakukan masyarakat Desa Olehsari untuk mencegah terulangnya wabah pageblug tersebut,” ujar Meirina Hapsah,ketua Tim PKM-PSH dari PSDKU, Jumat (29/6).
Tradisi Seblang Olehsari sudah ada sebelum kerajaan Blambangan, yang sebelumnya bernama Sahyangwidari sebagai tradisi umat Hindu dalam melambangkan kesuburan, kemudian dikembangkan oleh Wali Songo menjadi tradisi bernama Seblang di Olehsari. Dan putri sayu, Wiwit, pahlawan Blambangan, selalu menari Seblang sebelum mengawali perang.
Penari Seblang Olehsari ini diwariskan turun temurun dari garis keturunan Ibu, ditunjuk oleh roh leluhur dan menari dalam keadaan tidak sadar (Trans) selama 7 hari di bulan Syawal. Sebelum digelar Tradisi Seblang Olehsari, keluarga penari mengadakan selamatan dengan member sesaji di empat penjuru untuk mengundang leluhur agar hadir dalam perayaan Tradisi Seblang Olehsari. Gendhing musiknya menceritakan sejarah kerajaan Blambangan.
“Payung agung pada Tradisi Seblang Olehsari menggambarkan kebanggaan identitas, meskipun masyarakat (suku) Osing sudah tergeser ke gunung-gunung, namun masih berkuasa di bumi Blambangan,” tambah Meirina, Jumat (29/6).
Kaitannya dengan kerawanan pangan, penari Seblang Olehsari merupakan penggambaran “Dewi Kesuburan” bagi masyarakat Desa Olehsari. Dalam kepercayaan mereka, dengan dilaksanakan tradisi seblang ini dapat memberikan rasa aman, keselamatan, perlindungan, kesehatan, rejeki, kesuburan dan hasil panen yang melimpah.
Dalam gendhing Tradisi Seblang Olehsari terdapat anjuran untuk bercocok tanam, digambarkan melalui lirik ”Lare angon, gumuk iku paculono, sun tanduri kacang lanjaran” yang artinya “Para penggembala, cangkullah bukit itu. Akan aku tanami kacangpanjang (lanjaran).”
Parabungkil merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam Tradisi Seblang Olehsari untuk menggambarkan hasil pertanian disana. Parabungkil itu terdiri dari berbagai macam buah, syur dan ubi-ubian yang menggambarkan keanekaragaman pangan di desa Olehsari.
Kemudian juga Kembang mongso merupakan bagian dari kembang dirmo pada Tradisi Seblang Olehsari. Mongso artinya musim yang menggambarkan adanya anjuran untuk membaca musim sebelum bertani. “Studi ini masih akan berlanjut pada penelitian kuantitatif,” tambah Meirina. (jat.n/wan/mad/un)
Tari Seblang Olehsari Simbolisasi ’Dewi Kesuburan’ Masyarakat Banyuwangi
Leave a comment