Jogja, Cakrawalapost.com – Ketika berlibur ke Yogyakarta ada anggapan tak lengkap bila belum mampir ke Kotagede. Daerah ini memang memiliki pesona wisata yang luar biasa untuk dilewatkan. Kotagede memang diketahui daerah yang kental akan nilai sejarah. Daerah ini dulunya merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa. Sehingga tak heran jika banyak ditemui peninggalan-peninggalan bersejarah di daerah ini.
Kotagede ini juga dikenal kental akan budaya, adat istiadat, serta penduduk lokal yang ramah dan juga lebih dikenal dengan sebutan Kota Tua. Bagi wisatawan yang berkunjung seolah kembali ke masa lampau. Di daerah ini terdapat berbagai bangunan tradisional serta gedung-gedung kuno dengan gaya arsitektur yang beragam.
Sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Kotagede memiliki potensi yang begitu besar, dari wisata budaya, sejarah, hingga kuliner dapat ditemukan di daerah yang dulu merupakan alas Mentaok tersebut.
Bagi wisatawan yang berkunjungan ke Kotagede dan ingin berwisata kuliner dan menikmati sisa-sisa kejayaan dan kemegahannya salah satunya bisa berkunjung ke Restoran Rumah Dhuwur. Terletak di jalan Mondorakan Kotegede, Kota Yogyakarta, Omah Dhuwur menempati bangunan kuno bergaya klasik.
Kepada Cakrawalapost.com, selasa 06/06 Direktur Bisnis dan Development HS Group, Artin Wuryani bercerita banyak tentang resto yang merupakan bagian dari perusahaan kerajinan perak HS Silver ini.
Kanapa resto ini dinamakan Omah Dhuwur, apakah memang berarti resto ini dibangun diatas ketinggian, atau ada makna khusus?
Artin Wuryani : Omah Dhuwur, merupakan sebuah restoran yang diambil dari bahasa jawa yang berarti omah = rumah , dhuwur = tinggi karena bangunannya yang tinggi
Selain menu hidangan, apa yang paling menarik atau unik dibandingkan resto lainnnya, mengapa dikatakan menarik?
Artin Wuryani : Menariknya Resto ini, terletak di salah satu daerah bersejarah di Kota Jogjakarta yaitu Kotagede yang juga merupakan pusat dari kerajinan perak. Bangunan restoran Omah Dhuwur merupakan bangunan sejarah yang memiliki perpaduan antara budaya Jawa, Belanda dan Asia (Jepang & Cina), dengan menggunakan furniture & ornamen kuno. Bangunan ini telah berdiri sejak zaman Mataram Kuno pada tahun 1740 (Joglo bawah) dan Kolonial tahun 1900 (bangunan atas, rumah art deco) .
Bisa dibilang, gaya konsep seperti apa yang sesungguhnya resto Omah Dhuwur suguhkan?
Artin Wuryani : Konsep yang kami suguhkan yaitu mengangkat cita rasa tradisional dimana hampir seluruh hidangan menunya merupakan masakan yang menggunakan rempah tradisional dan tidak dapat ditemukan ditempat lain selain omah dhuwur, meskipun masih ada beberapa menu western yang kami suguhkan.
Hidangan apa yang menjadi andalan?
Artin Wuryani: Untuk menu makanan, Sup buntut ala omah dhuwur, ayam goreng sere, sate kotagede. Sedangkan minuman andalan resto ini ada traditional java punch , traditional ice lombok, jambu selarong, wedang OD
Jika dilihat dari harga, segmen dan kalangan apa yang menjadi target utama?
Artin Wuryani : Menyeluruh dari kalangan keluarga, eksekutif bisnis, anak muda , walking guest baik dari domestik maupun asing
Selain itu semua, fasilitas apa yang bisa dikatakan oma dhuwur berbeda denga resto – resto lainnnya di DIY bahkan Indonesia?
Artin Wuryani : Bangunan yang bersejarah dan atmosfer yang menarik dengan landscape taman yang indah guna melengkapi suasana makan para customer Omah Dhuwur
Memasuki bulan Rahmadhan dan menyambut lebaran ini, adakah program / promo khusus untuk para pengunjung atau pelanggan, apa saja itu?
Artin Wuryani: Paket – paket Ramadhan dengan menu yang menarik dan berbeda selalu kami tawarkan setiap tahunnya, untuk tahun ini mengusung tema Paket BERKAH (Berbuka berjamaah ) dan paket dhahar kembul yang juga diminati oleh pengunjung.
Apa harapan dan target kedepanya untuk Omah Dhuwur, ditengah persingan kuliner yang kian menjamur. Melihat DIY merupakan salah jujukan wisata indonesia?
Artin Wuryani :Tetap menjadi restoran yang terdepan di omah dhuwur dengan keunikan bangunan yang dimiliki serta masakan yang selalu menjunjung budaya dengan mengangkat menu – menu tradisional sebagai menu utama.
Diketahui, untuk menuju ke Kotagede, wisatawan cukup menempuh jarak sekitar 6 kilometer saja dari pusat Kota Jojga atau sekitar 15 menit perjalanan. Lokasinya yang sangat dekat dari pusat kota, membuat akses menuju ke daerah ini cukup mudah untuk dicapai. Wisatawan dapat menggunakan berbagai kendaraan umum seperti transjojga, taxi, becak atau menggunakan kendaraan pribadi. (kurniawan)